TopLoker.com, Para guru atau kepala sekolah SMK diharapkan terjun lebih dahulu untuk memahami kondisi dan kebutuhan industri sebelum nantinya melepas siswanya magang. Sehingga ketika magang, siswa bisa langsung tahu apa yang harus dilakukan.
“Dengan lebih dahulu tahu kebutuhan industri, maka guru bisa mengajarkan kepada siswa apa yang akan dilakukan di industri sehingga bisa link and match,†ujar Kepala Bidang Legal IHGMA Bali Pande Ketut Suartaya pada acara Diskusi Vokasi “1st Indonesian Vocational Link and Match†yang digelar Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Stekom) Semarang, Sabtu (18/11) di Hotel Aston Denpasar.
Pada acara yang melibatkan ratusan peserta dari kalangan SMK se Indonesia itu hadir sejumlah pembicara yakni mantan Gubernur Bali Wayan Koster, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kementerian Ketenagakerjaan Aris Wahyudi, Prof. Slamet,Ph.D, Wikan Sakarinto,Ph.D. dan Rektor Universitas Stekom Semarang Dr. Joseph Teguh Santoso yang sekaligus memandu acara.
Sebagai daerah pariwisata, industri dan UKM sangat berkembang dan memerlukan Dalam diskusi juga mengemuka masalah adanya siswa SMK yang disabilitas sehingga memerlukan penanganan khusus ketika magang, juga tempat magang (industri) yang jauh dari sekolah. Perwakilan perusahaan menyampaikan sangat penting penyelarasan antara tenaga kerja dan kebutuhan industri. Jadi dari akademisi perlu mengajak praktisi dalam pembuatan kurikulum agar isa link and match.
Sementara itu mantan Gubernur Wayan Koster menyambut baik digelarnya acara ini. Sebab perkembangan di era digital saat ini begitu cepat yang konsekwensinya membawa perubahan cepat pula. Jadi perlu ada upaya-upaya agar siswa setelah tamat bisa siap jadi tenaga kerja atau pelaku usaha.
“Ini yang harus didesain sebagai rancangan kurikulum,†jelasnyatenaga kerja yang besar. Namun masih terlihat ada gap antara lulusan dan industri. Sehingga perlu ada pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Fasilitas di SMK penting ditingkatkan.
Wayan Koster menambahkan pentingnya mengintegrasikan dan mengharmonisasi hal ini karena multisektor, ada kaitan dengan kementerian tenaga kerja, perindustrian, kementerian koperasi, dll yang masing-masing punya regulasi. Dengan harmonisasi maka program bisa dilaksanakan lebih baik dan memberikan manfaat yang besar.
Sementara itu Staf Ahli Bidang Ekonomi Kementerian Ketenagakerjaan Aris Wahyudi mengatakan salah satu hambatan dari industri bersumber dari ketenagakerjaan. Aris Wahyudi mengatakan pentingnya menumbuhkan kepercayaan diri pada anak-anak lulusan SMA/SMK walaupun nantinya ada penawaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan ijazah.
Prof. Slamet,M.A. mengatakan untuk memajukan sekolah harus dilakukan secara kolektif yakni pertama, sistem yang mesti selaras dengan pusat, kedua, figur yang aktif dan punya kemampuan dan ketiga ada budaya (sekolah).
Sementara itu Rektor Stekom Dr. Yoseph mengatakan ‘1st Indonesian Vocational Link And Match 2023’ bertujuan untuk memperkuat ekosistem vokasi kemitraan dan kerja sama harmonisasi antara seluruh stakeholder terkait.
Kegiatan ini penting untuk menyiapkan dan memberikan pendidikan vokasi bagi lulusan SMA/SMK/MA yang tidak melanjutkan studinya ke perguruan tinggi agar siap bekerja atau berwirausaha.
Untuk itu diperlukan kerja sama, sinergitas dan kolaborasi antarseluruh stakeholder dan ekosistem. Dengan memperkuat hubungan ini, dapat menghasilkan lulusan vokasi yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Dengan demikian sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja. (ist)
-Repost
By: Bali Ekbis