Mendapat keuntungan besar merupakan salah satu harapan bagi setiap orang yang hendak membuka dan menjalankan sebuah bisnis. Namun tidak selamanya bisnis yang dikelola berjalan lancar. Kerugian pun juga akan ikut mewarnai perjalanan bisnis.
Tidak bisa dimungkiri jika dalam menjalankan bisnis dan usaha, kerugian sudah pasti terjadi dan menjadi sebuah risiko yang mau tidak mau harus dilalui. Sebagai seorang pebisnis, kegagalan atau kebangkrutan dapat menjadi sebuah bayang-bayang yang menakutkan mengingat tidak sedikit modal yang sudah dikeluarkan, baik modal finansial, waktu, dan juga tenaga. Untuk itu setiap pelaku bisnis harus memiliki strategi tertentu supaya dapat mencegah ataupun mampu mengantisipasi hal yang dapat memicu kerugian.
Kegagalan dalam berbisnis bisa terjadi dalam dua bentuk, di antaranya sebagai berikut :
1. Kegagalan Ekonomi
Kegagalan ekonomi atau economic distressed terjadi ketika bisnis kehilangan pendapatan atau uangnya sehingga tidak mampu membiayai kegiatan operasional. Ini artinya tingkat laba lebih sedikit dari biaya modal
2. Kegagalan Keuangan
Kegagalan keuangan atau financial distressed terjadi ketika bisnis mengalami kesulitan dana baik dana kas maupun modal kegiatan operasional.
Secara umum, ada beberapa alasan mengapa sebuah bisnis bisa jatuh ke dalam kebangkrutan, di antaranya sebagai berikut :
1. Utang
Utang ternyata merupakan peluang besar yang bisa menyebabkan sebuah bisnis bangkrut. Tidak seimbangnya antara modal yang dimiliki dan besarnya utang yang harus ditanggung membuat keuntungan terus berkurang sehingga menyebabkan kerugian secara terus-menerus.
2. Menyerahkan kewenangan pada Orang yang Salah
Saat baru memulai bisnis, memilih orang yang salah bisa meningkatkan potensi kebangkrutan. Selain kepercayaan yang belum tentu terjaga, orang tersebut tidak mengerti betul kondisi bisnis yang sedang dijalankan sehingga bisa jadi kurang berhati-hati bahkan tidak mempertimbangkan terlebih dahulu keputusan yang hendak diambil.
3. Manajemen bisnis yang tidak efektif dan efisien
Manajemen bisnis dianggap efektif jika tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan tepat sesuai waktu yang ditargetkan. Sementara itu, manajemen bisnis disebut efisien jika hasil optimal dengan penggunaan sumber daya dan modal yang minimal. Tidak sedikit bisnis yang harus rela kehilangan banyak uang karena gagal menjaga efektivitas dan efisiensi operasionalnya sehingga harus berakhir bangkrut.
4. Tidak Dekat dengan Konsumen
Komunikasi yang dibangun dengan konsumen bukan hanya sekadar untuk memastikan kepuasan dengan layanan yang diberikan. Ada banyak sekali strategi yang bisa disusun dengan membaca pergerakan pasar termasuk para kompetitor. Selain itu, kedekatan dengan konsumen juga bisa membantu membaca tren sekaligus mengetahui langkah apa yang dilakukan oleh para kompetitor. Namun jika tidak ada hubungan dan komunikasi yang baik, pebisnis tidak bisa mengetahui apa saja yang diinginkan konsumen dan akan kalah saing dengan kompetitor.