Mendengar kata etika, mungkin sebagian orang akan langsung berpikir mengenai moral, aturan, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika sendiri didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika seorang pemimpin dapat menjadi standar moral, memberikan batas yang jelas antara baik dan buruk, serta menjadi pedoman pemimpin dalam pengambilan keputusan. Etika juga akan menuntut pemimpin untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan norma kepantasan dalam hubungan sosial.
Dengan belajar menjaga sikap dan mengolah emosi negatif, sikap yang tampak di luar tetap bisa menjadi teladan bagi para bawahan dan orang-orang yang melihatnya. Bukan otot yang didahulukan melainkan otak.
Semua orang tentu bisa lepas kendali, tetapi sebagai seorang pemimpin dituntut untuk cakap mengelola emosi dan kemarahan. Emosi yang tak terkendali hanya akan membuat citra buruk di mata orang lain, terutama karyawan. Perlu diketahui bahwa citra dan kharisma seorang pemimpin dipengaruhi oleh kemampuan berbicara dan sikap yang tepat.
Berikut ciri-ciri etika kepemimpinan, di antaranya :
1. Jujur
Kejujuran adalah standar moral paling tinggi yang berlaku di seluruh dunia. Hampir sebagian besar masalah dalam hubungan interpersonal bersumber pada ketidakjujuran. Namun, pemimpin etis punya integritas tinggi, dapat dipercaya, dan menginspirasi pengikutnya untuk bersikap sama.
2. Bermartabat dan penuh hormat
Pemimpin yang beretika menghormati karyawannya, mendengarkan mereka, menghargai pendapat mereka, mengakui kontribusi setiap orang, dan memperlakukan bawahan sebagai partner penting dalam proses pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan bersama.
3. Melayani orang lain
Pemimpin etis tidak menggunakan bawahannya sebagai ‘kendaraan’ untuk mewujudkan ambisi pribadinya. Pemimpin meletakkan kepentingan setiap anggota di atas kepentingannya, kemudian berusaha menyelaraskannya dengan tujuan organisasi.
4. Berkeadilan
Adil merupakan bagian dari etika kepemimpinan yang penting. Pemimpin yang etis adalah mereka yang dapat berlaku adil dan menerapkan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua anggotanya. Perlakuan adil dan tidak diskriminatif akan mendorong kepuasan pengikut serta menciptakan lingkungan yang mendukung bagi semua orang untuk mengembangkan diri.
5. Membangun komunitas
Pemimpin yang etis berpikir pada penguatan tim dan organisasi, dan berusaha untuk menumbuhkan kebersamaan berdasarkan nilai-nilai yang diterima seluruh anggota. Prinsipnya, tidak ada individu yang lebih penting dari sebuah tim.
6. Menggunakan nilai sebagai landasan keputusan.
Pemimpin beretika mengambil keputusan dengan mempertimbangkan moral dan nilai-nilai organisasi, tidak berorientasi pada keuntungan sesaat. Meski sebuah pilihan tampak menjanjikan, namun jika melanggar kode etik organisasi, maka tidak akan pernah menjadi sebuah keputusan.
7. Menjadi teladan.
Pemimpin beretika tidak berada di belakang, berbicara untuk memerintah pengikutnya. Mereka selalu di depan memberikan contoh perilaku yang etis dan berbasis nilai. Seorang pemimpin tak bisa berharap pengikutnya jujur jika tidak memulai sikap transparan pada dirinya.