Lulusan pendidikan vokasi baik dari SMK maupun sarjana memiliki kesempatan bekerja dan usaha di mana pun.
Industri sendiri mendukung program pendidikan vokasi yang dijalankan pemerintah. Banyak perusahaan industrial yang memiliki program sekolah vokasi untuk mendorong pembentukan SDM yang terampil dan unggul. Melalui program Link and Match yang dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi langkah untuk meningkatkan kualitas lulusan vokasi agar dapat terserap di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Kementerian juga gencar mendorong pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja saat ini. Upaya tersebut sebagai salah satu wujud peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar siap dan mampu persaingan era industri 4.0.
Program pendidikan vokasi dilaksanakan di sekolah menengah (SMK) maupun di pendidikan tinggi seperti di universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi, maupun politeknik. Pendidikan tinggi vokasi merupakan program lanjutan dari pendidikan vokasi di sekolah menengah kejuruan. Karakteristik pendidikan ini mengutamakan kegiatan praktik 70% dan teori 30%. Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi akan memiliki keterampilan kerja cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
Kerja sama industri dengan lembaga pendidikan vokasi sangatlah penting karena lulusan dari pendidikan vokasi itu berdasarkan pesanan industri. Jika kerja sama ini sudah terbangun, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di institusi kementerian dan industri tidak perlu ada lagi. Ini dapat menghemat biaya pada Badan Pendidikan dan Latihan (Badiklat) untuk tenaga kerja baru. Anggaran pada Badiklat untuk pegawai baru dapat dialihkan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi. Kerja sama antara penyelenggara pendidikan tinggi vokasi dengan industri pengguna harus dekat dan bersinergi.
Keunggulan dari lulusan pendidikan vokasi adalah adanya bekal yang cukup selama mengenyam pendidikan vokasional. Karena lulusan pendidikan tinggi vokasi melalui proses pendidikan praktik cukup panjang. Program kemenristekdikti mengarahkan tidak hanya pendidikan praktik 70%, tetapi juga pelaksanaan pendidikan selama enam semester yang harus diselenggarakan dengan cara 3-2-1, yaitu 3 semester di kampus (laboratorium), 2 semester pendidikan di industri, dan 1 semester magang di industri.
Artinya, 50% waktu pendidikan dilakukan bersama industri dan ini pasti akan sesuai dengan kebutuhan industrinya. Pada saat mahasiswa melakukan pendidikan praktik, para dosen mendampinginya di industri. Dengan demikian, kurikulum dapat di-update sesuai perkembangan kebutuhan industri.
Pendidikan tinggi vokasi diperuntukkan kepada mahasiswa yang tidak mencari gelar semata, ingin memiliki keterampilan profesi yang andal dan mumpuni, karena di pendidikan ini tidak memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi, tetapi cukup bagi yang sangat kreatif, disiplin, dan mampu bekerjasama.
Itulah mengapa orang-orang sukses yang tidak lulus sarjana, tetapi punya kemampuan kreativitas dan keterampilan yang tangguh tetap bisa berhasil. Pendidikan ini diperuntukkan pada industri zaman now yang tidak lagi terikat pada aturan gelar kesarjanaan, tetapi merujuk pada kemampuan ketrampilan yang sudah teruji melalui uji sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional.