Mengatasi Dampak Bullying

Tips
  • 30 Juni 2022
    Oleh : dr. joseph teguh santoso, m.kom

    Mengutip buku Meredam Bullying yang ditulis oleh Ken Rigby konsultan ahli sekolah, bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini bisa dilihat dari sebuah aksi yang menyebabkan seseorang menderita. Aksi dilakukan oleh seseorang atau kelompok mayoritas yang lebih kuat, dilakukan secara berulang, pelaku tidak bertanggung jawab, dan dilakukan dengan perasaan senang. Biasanya tindakan bullying ini dilakukan oleh sekelompok orang yang merasa lebih kuat dari segi fisik maupun mental daripada korban bullying tersebut.

    Sikap bullying menjadi salah satu penghambat sebuah kesuksesan jika dihadapi dengan respons negatif. Namun, berbeda jika merespons hal tersebut dengan lebih positif, penuh rasa percaya dengan kemampuan sendiri. Maka hasilnya akan sukses dan memberikan motivasi bagi orang lain untuk bisa menjadi orang sukses tanpa melupakan masa lalu. 

    Bullying menjadi penghambat untuk kesuksesan, buktinya orang sukses pun masih mendapatkan prilaku bulying tersebut yang membuat ia harus lebih keras lagi untuk berusaha dalam membuktikan mimpinya. 

    Maka dari itu, perilaku bullying seharusnya diberantas dengan memberikan pendidikan moral kepada anak-anak sejak kecil. Orang tua juga harus mengingatkan bahwa bercanda dengan menghina orang lain adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak berbuat baik dan saling menyayangi. Karena dampak dari bullying sangat besar dalam pengaruh kedewasaan seseorang dalam meraih impian dan cita-cita hidupnya. Terutama jika terjadi pada seorang anak kecil. 

    Dampak tersebut bisa berupa gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri. Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di lingkungan yang memungkinkan terjadinya perundungan. Dampak di atas kemungkinan besar akan terbawa hingga mereka dewasa. Bukan cuma kesehatan psikologis, efek negatif bullying juga dapat terlihat dari keluhan fisik, contohnya sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang, jantung berdetak kencang dan nyeri kronis.

    Bullying bisa diatasi dengan mencegah sejak dini seperti ketika masih anak-anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut beberapa cara mengatasi bullying, di antaranya :

    Masa Anak-anak

    1. Beri pengetahuan dan cara untuk mampu melawan tindakan bullying

    2. Beri contoh cara seperti mendukung, mendamaikan, dan melaporkan pada orang dewasa untuk membantu korban bullying

    Keluarga

    1. Tanamkan rasa kasih sayang dan nilai keagamaan pada anak-anak

    2. Beri perhatian dan interaksi pada anak-anak untuk memberikan kemampuan berani dan tegas

    3. Bantu anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi, percaya diri, dan tegas

    4. Mengajarkan rasa peduli dan etika pada sesama

    5. Mendampingi anak untuk melihat informasi di media sosial atau televisi

    Mengatasi Bullying di Sekolah

    1. Pendidik membuat program pencegahan anti bullying dan hukuman bagi pelaku yang melakukan tindakan tersebut

    2. Membangun diskusi dan ceramah tentang mengatasi aksi penindasan

    3. Memberi bantuan dan dukungan pada korban bullying

    Anda juga bisa mengkomunikasikan dengan orang yang terpercaya mengenai perundungan yang dialami, baik kepada atasan, guru, teman, saudara, pasangan, dan sebagainya. Apabila terjadi di lingkungan formal seperti kantor maupun sekolah, jangan ragu untuk melapor kepada departemen, bagian atau pihak khusus yang dapat dimintai bantuan, seperti bimbingan konseling, wali kelas, bagian atau departemen human resources atau Sumber Daya Manusia.

    Amy Cooper Hakim dalam Barth (2017) menyampaikan bahwa ketika menghadapi pelaku bullying kita harus berupaya untuk tampil percaya diri untuk menunjukkan bahwa Anda kuat tanpa harus membalas dengan kekerasan. Saat berdialog atau menjawab perlakuan pelaku, jawab secara asertif tetapi tanpa emosi untuk menunjukkan bahwa Anda tidak mau dijadikan korban, tidak mau “meminta maaf” atas yang mereka tuduhkan, tetapi juga tidak mencari ribut dengan mereka (Signe Whitson dalam Barth, 2017).

    Buat batasan yang jelas atas hal yang bisa diselesaikan secara profesional dan tetap tegas agar perundungan tidak semakin berkembang (Chrissy Scivicque dalam Barth, 2017). Apabila kondisi semakin tidak kondusif dan ancaman yang ada semakin meningkat, maka jangan pernah ragu untuk mencari bantuan kepada kepolisian untuk mencegah perluasan kekerasan. Selain itu, carilah bantuan profesional kesehatan baik fisik maupun psikologis jika diperlukan untuk meminimalisir dampak pada diri Anda.


    Hubungi Kami ? 2.058