Mengetahui Etika Saat Memecat Karyawan

Tips
  • 28 November 2021
    Oleh : dr. joseph teguh santoso, m.kom

    Perusahaan bukan hanya tempat untuk menghasilkan uang. Akan tetapi juga organisasi di mana di dalamnya terdapat komunitas yang menjalankan kehidupan sosial sehingga etika sangatlah diperlukan, terutama etika bagi seorang pimpinan, apalagi atasan selalu jadi tolak ukur bagi bawahannya.

    Meski begitu, menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin nyatanya bukan hal yang mudah. Selain harus mampu membawa perusahaan ke arah yang lebih baik, juga harus bisa memimpin anggota tim untuk menuju ke arah tersebut. Kenyataannya tidak semua orang bisa jadi karyawan yang baik dan belum tentu memiliki sikap dan kinerja yang sesuai dengan harapan sehingga mau tidak mau Anda harus memecatnya.

    Kesalahan saat perekrutan karyawan sudah pasti bisa terjadi. Suatu saat Anda akan dihadapkan kepada pilihan untuk menghentikannya dan hal tersebut bukan keputusan serta tindakan yang mudah dilakukan.

    Tidak bisa dimungkiri jika kehilangan pekerjaan menjadi hal terburuk bagi setiap orang yang bekerja. Kondisi tidak menyenangkan ini tidak hanya berlaku di posisi karyawan melainkan juga pemilik. Warren Buffet mengaku tidak suka memecat orang sehingga dirinya sangat menaruh perhatian lebih kepada manajemen perusahaan. Meski begitu, ia tidak pernah ragu-ragu untuk melepaskan karyawan jika telah merusak reputasi perusahaan. Baginya mengalami kerugian dalam berbisnis Sudah jadi hal biasa dan dapat dimengerti. Namun ia tidak bisa memberikan toleransi jika reputasi yang dipertaruhkan.

    Keputusan atau tindakan pemecatan dapat lebih mudah dilakukan Apabila permasalahan etika seperti korupsi, menipu klien dan merusak reputasi perusahaan. Namun bagi startup terkadang untuk dapat berkembang cepat, mereka harus melepaskan orang-orang yang memiliki performa kerja di bawah standar.

    Bukan hanya bahasa yang baik dan cara penyampaian yang halus,  pemilihan waktu juga perlu diperhatikan sebelum memecat karyawan. Jangan sampai memecat karyawan  ketika masih berkabung atau baru saja kembali bekerja setelah sakit. Sebagai atasan, Anda harus tetap memberinya dukungan untuk pekerjaan yang lebih baik nantinya, dan yang paling ditunggu-tunggu, berikan pesangon yang jumlahnya manusiawi, setidaknya bisa dimanfaatkan sampai karyawan mendapatkan pekerjaan baru. Hal ini penting mengingat setelah dipecat, seorang karyawan baru saja kehilangan sumber pendapatan utamanya. Usahakan pemberitahuan pemecatan tidak dilakukan secara mendadak. Paling tidak, beri mereka waktu untuk berkemas atau biarkan mereka menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum pergi.

    Selain itu, tidak perlu menyampaikan secara tersirat karena takut membuat karyawan tersinggung. Mengatakan alasan langsung dan jujur bisa jadi lebih baik. Sandra Sucher, seorang profesor manajemen di Harvard Business School yang sudah melakukan riset tentang PHK  mengatakan, cara semacam itu bisa menangani proses PHK  dengan tepat. Manajer atau pimpinan perusahaan bisa dengan jujur mengatakan, "Kamu akan terpengaruh oleh semua ini.” Lebih lanjut, Sandra menyarankan agar ungkapan semacam itu diikuti pula dengan usulan atau solusi bagaimana karyawan yang di-PHK akan mendapatkan pekerjaan baru. Salah satunya dengan membantu si karyawan pindah. "Ini yang akan kami lakukan. Kami akan melakukan sesuatu untuk membantumu pindah," kata Sandra memberi contoh.

    Satu hal lagi yang tidak kalah penting, yaitu jika Anda harus memecat karyawan, lakukanlah dengan private dan jangan sampai mempermalukan mereka, apalagi di depan umum. Walaupun karyawan itu bermasalah atau melakukan kesalahan yang besar, sebagai atasan, Anda tetap wajib menjaga harga dirinya agar tidak jatuh di hadapan rekan kerjanya yang lain. Agar lebih aman dan nyaman, Anda bisa menyampaikan pemecatan tersebut di luar jam kantor setelah karyawan lainya meninggalkan kantor agar privacy lebih dapat terjaga dengan baik.


    Hubungi Kami ? 2.134