Seringkali guru hanya berfokus pada kewajibannya sebagai pengajar di kelas, padahal menjadi Kreatif dan mampu meng-upgrade diri menjadi lebih baik di dalam ataupun di luar proses pembelajaran bisa jadi sebuah kesempatan membekali diri sendiri, misalnya untuk membangun bisnis (enterpreneurship)
Apakah yang disebut dengan teacherpreneur itu?
Teacherpreneurs adalah pakar kelas yang mengajar siswa secara teratur, tetapi juga memiliki waktu, ruang, dan penghargaan untuk menciptakan dan menjalankan ide-ide mereka sendiri — seperti halnya wirausahawan! Mereka menciptakan produk untuk mengisi kekosongan pengajaran dan sering berbagi dan mengambil untung melalui penggunaan teknologi.
Jadi, siapa yang bisa menjadi teacherpreneur?
Setiap guru bisa. Jalur karir guru terbatas, dan kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak uang tidak sama dengan di dunia bisnis sehingga sebagian besar guru memanfaatkan bakat mereka untuk membantu guru lain mempelajari cara baru dalam mengajar, menemukan kurikulum baru yang segar, dan direvitalisasi oleh ide-ide baru. Dan teacherpreneur mendapatkan uang setiap kali seseorang mengunduh podcast, video, atau strategi pengajaran miliknya.
Persaingan dalam bidang pendidikan saat ini memang sulit dihindari. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang terus berubah seiring dengan perkembangan zaman. Itulah mengapa guru harus memiliki perbedaan dari guru yang lain. Pembeda ini disebut nilai pembeda karena memiliki keahlian lain. Selain mentransfer ilmu pengetahuan, guru pun harus memiliki ilmu komunikasi, kolaborasi, dan marketing yang baik.
Terdapat empat faktor agar bisa menjadi guru sukses.
Pertama, guru harus memiliki visi yang jelas, memiliki sugesti dan pola pikir positif. Yang lebih utama yaitu berani memvisualisasikan sukses tersebut menjadi kenyataan, serta lebih mementingkan proses ketimbang hasil.
Kedua, semangat. Jumlah guru memang banyak, tetapi guru yang memiliki nilai tambah dan berbeda dari yang lain masih sangat sedikit. Maka semangat untuk belajar harus diutamakan.
Ketiga, kebiasaan. Proses belajar perlu dilakukan berulang-ulang sehingga mampu menghasilkan pola pikir yang berbeda. Hal yang positif harus dilakukan secara terus-menerus sehingga mampu menghasilkan nilai positif juga.
Keempat, syukur. Ketika visi, semangat, dan kebiasaan sudah dilaksanakan serta memberikan nilai positif dan nilai pembeda, maka guru harus menonjolkan karakter Syukur. Inilah yang membedakan antara guru satu dengan yang lain, yaitu ketika rasa syukur terus dipanjatkan setelah semua keinginan bisa tercapai.