Menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin nyatanya bukan hal yang mudah. Selain harus mampu membawa perusahaan ke arah yang lebih baik, juga harus bisa memimpin anggota tim untuk menuju ke arah tersebut. Kenyataannya tidak semua orang bisa jadi karyawan yang baik dan belum tentu memiliki sikap dan kinerja yang sesuai dengan harapan sehingga mau tidak mau Anda harus memecatnya.
Kesalahan saat perekrutan karyawan sudah pasti bisa terjadi. Suatu saat Anda akan dihadapkan kepada pilihan untuk menghentikannya dan hal tersebut bukan keputusan serta tindakan yang mudah dilakukan.
Tidak bisa dimungkiri jika kehilangan pekerjaan menjadi hal terburuk bagi setiap orang yang bekerja. Kondisi tidak menyenangkan ini tidak hanya berlaku di posisi karyawan melainkan juga pemilik.
Oleh sebab itu, memecat karyawan pun membutuhkan etika dan tentu saja komunikasi yang baik supaya tidak menimbulkan kesan buruk baik bagi orang yang dipecat maupun bagi karyawan lain.
1. Intervensi sedini mungkin
Pertama, Anda harus segera menegur dan meminta karyawan memperbaiki jika ditemukan adanya kesalahan, tidak menunggu pada saat evaluasi dan menumpahkan semuanya. Jika Anda menemukan kesalahan yang diperbuat oleh karyawan, jelaskan kepada mereka dengan cara yang mereka mengerti dan menyetujui untuk segera memperbaiki. Anda juga bisa membuat perjanjian tak tertulis antara manajer dan karyawan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini lebih mudah untuk diterapkan pada startup yang tidak memiliki proses formal.
2. Meminimalkan penghinaan
Bill Campbell adalah pelatih CEO paling terkenal di Silicon Valley. Berikut sarannya seperti dikutip Co-Founder a16z Ben Horowitz: Anda dapat mengambil pekerjaan seseorang, Anda harus mengambil pekerjaan mereka, tetapi Anda tidak harus mengambil martabat mereka. Tidak peduli seburuk apa pun kondisinya, tidak ada alasan untuk mempermalukan mereka. Tim Anda akan melihat dan menghargai bahwa Anda menghormati mereka, bahkan jika hubungan profesional harus berakhir.
3. Menentukan Waktu dan Suasana yang Tepat
Bukan hanya bahasa yang baik dan cara penyampaian yang halus, pemilihan waktu juga perlu diperhatikan sebelum memecat karyawan. Jangan sampai memecat karyawan ketika masih berkabung atau baru saja kembali bekerja setelah sakit. Sebagai atasan, Anda harus tetap memberinya dukungan untuk pekerjaan yang lebih baik nantinya, dan yang paling ditunggu-tunggu, berikan pesangon yang jumlahnya manusiawi, setidaknya bisa dimanfaatkan sampai karyawan mendapatkan pekerjaan baru. Hal ini penting mengingat setelah dipecat, seorang karyawan baru saja kehilangan sumber pendapatan utamanya. Usahakan pemberitahuan pemecatan tidak dilakukan secara mendadak. Paling tidak, beri mereka waktu untuk berkemas atau biarkan mereka menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum pergi.
4. Menggunakan Bahasa Langsung dan Alasan yang Jujur
Alih-alih menyampaikan secara tersirat karena takut membuat karyawan tersinggung, mengatakan alasan langsung dan jujur bisa jadi lebih baik. Sandra Sucher, seorang profesor manajemen di Harvard Business School yang sudah melakukan riset tentang PHK mengatakan, cara semacam itu bisa menangani proses PHK dengan tepat. Manajer atau pimpinan perusahaan bisa dengan jujur mengatakan, "Kamu akan terpengaruh oleh semua ini.†Lebih lanjut, Sandra menyarankan agar ungkapan semacam itu diikuti pula dengan usulan atau solusi bagaimana karyawan yang di-PHK akan mendapatkan pekerjaan baru. Salah satunya dengan membantu si karyawan pindah. "Ini yang akan kami lakukan. Kami akan melakukan sesuatu untuk membantumu pindah," kata Sandra memberi contoh.