Mengutip tulisan W. Randall Jones, dengan judul “The Richest Man in Town: The Twelve Commandments of Wealth, salah satu tips yang dikemukakan dalam tulisanya adalah “Learn from the best and the worstâ€. Kita bisa belajar dari yang terbaik sekaligus yang terburuk (untuk tidak melakukan kesalahan yang sama). Membaca biografi orang sukses adalah sangat baik, karena ini akan menjadi sumber inspirasi sekaligus menggali knowledge dari para entrepreneur.
Belajar entrepreneurship memang tak ada salahnya dari mereka yang sudah terbukti terjun sebagai entrepreneur. Namun entrepreneurship itu bukan sekedar terjun berbisnis. Untuk terjun ke medan pertempuran yang sesungguhnya, banyak sekali kecakapan yang harus dimiliki. Untuk itu, belajarlah kepada siapa saja. Jangan karena melihat sang guru belum pernah terjun sebagai pengusaha, maka berkurang rasa hormat kita. Belajarlah marketing kepada Sensei marketing, belajarlah keuangan pada Sensei keuangan. Belajarlah berbisnis kepada Sensei bisnis.
Terkait dengan teacherprenuership, guru tidak hanya dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas profesional guru. Sebenarnya tidak cukup hanya dengan pemenuhan kualifikasi akademik yang dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik saja. Namun, untuk menjadikan guru yang berkualitas, guru harus memiliki jiwa kewirausahaan.
Gagasan guru yang memiliki jiwa kewirausahaan itulah yang dapat dinamakan “TEACHERPRENEURSHIP“. Pada hakikatnya kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. TEACHERPRENEURSHIP akan dapat memunculkan sikap mental dan jiwa seorang guru yang selalu aktif atau kreatif, berdaya, bercipta, bekarsa, dan bersahaja dalam berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan usahanya di sekolah.
TEACHERPRENEURSHIP tidak berarti selalu menjadikan seorang guru sebagai pengusaha (wiraswasta), akan tetapi dapat menjadikan seorang guru yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Urgensi TEACHERPRENEURSHIP adalah dapat menumbuh - kembangkan produktivitas guru. Dan akan dapat menciptakan seorang guru guru baru yang tidak suka mempersoalkan masalah, tetapi lebih suka memecahkan suatu masalah.
Seorang teacherpreneur memiliki kapasitas menggunakan separuh waktunya untuk mengajar dan separuh lainnya untuk melakukan advokasi kebijakan pendidikan, berkolaborasi dengan guru lain, dan mengajar kegiatan lain yang dapat meningkatkan profesinya. Guru yang memiliki jiwa teacherpreunership adalah guru yang memiliki sifat kepemimpinan, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana cara untuk mengajar, memahami dengan jelas strategi yang harus dilakukan agar sekolah dapat meraih sukses yang tinggi, memiliki keterampilan dan komitmen untuk menyebarluaskan keahliannya kepada orang lain yang pada akhirnya akan banyak melahirkan bapak ibu guru yang memiliki jiwa teacherpreunership serta sukses di kelas dan sukses di luar kelas.