Beberapa waktu terakhir ini, gerakan entrepeneurship sangat digencarkan oleh pemerintah, tidak lain demi mendorong perkembangan UMKM yang terus tumbuh di banyak wilayah di Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika berbagai kalangan masyarakat mengambil pekerjaan tambahan sebagai pengusaha bahkan rela beralih profesi karena bisa mendapat keuntungan yang lebih besar. Guru salah satunya atau yang lebih sering disebut sebagai teacherpreneur.
Tidak ada yang salah jika seorang guru juga memiliki kegiatan sampingan sebagai pengusaha. Alasannya tentu tidak melulu soal finansial entah karena gaji atau honor guru yang dianggap tidak sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Namun di luar hal itu, menjadi guru sekaligus pengusaha merupakan suatu nilai tambah tersendiri, bahkan sesuatu yang positif.
Menjadi guru yang profesional sekaligus pengusaha tentu saja tidak mudah. Ada banyak tantangan dan tuntutan yang harus dihadapi, apalagi profesionalitas adalah salah satu dari kompentensi dasar yang harus dimiliki oleh guru. Terdapat empat kompetensi dasar bagi seorang guru, di antaranya kompetensi profesionalisme, pedagogis, kepribadian dan sosial. Selain menguasai kompetensi tersebut guru juga harus mampu merancang dan menerapkan proses belajar mengajar yang baik bagi peserta didik.
Guru harus pandai membagi waktu agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Jangan sampai tugas mengajar terabaikan seakan sekolah menjadi nomor dua karena guru lebih memprioritaskan usaha ketimbang profesi utamanya. Meski begitu, kembali lagi pada pribadi masing-masing. guru yang baik sudah pasti akan menjaga profesionalisme sambil mengembangkan usaha.
Untuk mewujudkan mimpi menjadi teacherpreneur, guru tidak harus mendirikan perusahaan besar atau mengerjakan sesuatu yang jauh dari bidangnya. Bisa dimulai dari hal-hal kecil yang ada di sekitar atau hobi. Misalnya untuk guru yang memiliki kemampuan menulis bisa menawarkan jasa kepenulisan, membuat buku dan lain sebagainya. Dengan begitu guru bisa memulai usaha sekaligus juga bisa membagikan ilmu melalui tulisan.
Mendirikan sekolah juga bagian dari usaha, walaupun finansial tidak bisa jadi alasan utama di awal pembangunan. Selama menjalankan niat untuk kebaikan dan kemuliaan, nantinya keuntungan akan mengikuti dengan sendirinya. Terlebih lagi mendirikan sekolah dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan dan mewujudkan Indonesia cerdas.
Mengoordinasi tim kerja DI SEKOLAH JUGA merupakan USAHa, karena membentuk tim kerja tidak harus dilakukan oleh kepala sekolah ataupun pemilik yayasan. Hal terpenting dalam tim kerja adalah mampu saling berkomunikasi dengan baik antar sesama warga sekolah, terutama rekan guru. Mengapa bisa begitu? Dengan menjaga komunikasi yang baik, mampu menambah tingkat rasa toleransi dan saling memahami kondisi masing-masing.
Jiwa kewirausahaan guru dapat mencakup dua kompetensi terakhir, yaitu kompetensi pribadi dan sosial.
1. Kompetensi Pribadi
Seorang enterpreneur pasti memiliki banyak karakter positif seperti kuat mental, disiplin, berani mengambil risiko, percaya diri dan kepemimpinan yang baik. Hal itu dapat menjadi teladan yang sangat bagus bagi peserta didik di sekolah.
2. Kompetensi Sosial
Kewirausahaan seorang guru memiliki dampak besar kepada masyarakat sekitar meski tujuan akhirnya tetap keuntungan dalam arti lain ‘finansial’, akan tetapi tidak sedikit orang yang mampu berwirausaha demi menebar kebaikan dan manfaat untuk orang di sekitar. Dan, ini sangat masuk dalam kategori kompetensi sosial.
Oleh karena itu, jika memiliki kemampuan lebih untuk menjadi teacherpreneur, kenapa tidak? Asalkan dapat mengatur keduanya dengan baik, mengajar dan berwirausaha bisa dilakukan dengan mudah secara seimbang dan konsisten tetapi tidak mengganggu satu sama lainnya.